Sejak 18 November 1992 PT Jembo Cable Company Tbk., pertama kalinya tercatat di bursa. Jauh sebelum itu di bawah kepemimpinan Sanstoso Sie sebagai pendiri perseroan Jembo memiliki visi untuk menjadi produsen yang terdepan dalam industri kawat dan kabel dengan reputasi yang sangat baik, posisi keuangan yang sehat, lingkungan kerja yang sehat serta pengembangan yang berkesinambungan. Di samping itu perseroan juga menghendaki agar menjadikan seluruh mitra usaha sebagai pemenang.
Pada semester I/2018, perseroan membukukan penjualan sebesar Rp1,43 triliun atau meningkat 39,8 persen dibandingkan pendapatan perseroan pada periode sama di tahun lalu. Perseroan menetapkan target penjualan pada tahun ini sebesar Rp2,56 triliun, dari tahun lalu sebesar Rp2,18 triliun.
Selain itu perseroan juga membukukan laba yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp49,5 miliar pada Januari—Juni 2018, menurun 6,5 persen dibandingkan semester I/2017. Pembukuan tersebut dilaksanakan di ruang seminar 1 Bursa Efek Indonesia, Sudirman, Jakarta Selatan.
Berdasarkan data perseroan, pada semester I/2018 emiten dengan sandi JECC tersebut membukukan penjualan ke PLN sebesar 40 persen, distributor sebesar 30 persen, free market sebesar 20 persen, dan kepada Telkom sebesar 10 persen.
Direktur Jembo Cable Company Cahayadi Santoso menyampaikan dengan memperbesar porsi pemasaran dari distributor, perseroan akan dapat mengurangi beban penumpukan barang sehingga dapat memangkas biaya tersebut. Cahayadi juga mengatakan bahwa dibandingkan dengan penjualan melalui kontrak, perbedaan margin hanya berkisar 3—4 persen lebih tinggi pada jalur distributor. Namun, dengan kenaikan volume yang potensial diraih, nilai penjualan perseroan akan meningkat.
Selain itu, dengan memperbesar penjualan melalui distributor, perseroan dapat menghindari risiko dari pelemahan nilai tukar rupiah seperti yang sedang terjadi. Pasalnya, rupiah terus terdepresiasi jauh melebihi saat kontrak dilaksanakan. Kendati demikian perseroan tetap berkomitmen untuk menjadikan seluruh mitra usaha sebagai pemenang sekalipun nilai tukar rupiah saat ini tengah melemah.
“Awal tahun ini rupiah masih di Rp13.300, dan sekarang sudah di Rp15.000. Karena sudah dikontrak setahun, kami tidak bisa langsung eskalasi harga,” terang Cahayadi. Selain itu ia juga menyampaikan dengan memperbesar porsi pemasaran dari distributor, perseroan akan dapat mengurangi beban penumpukan barang sehingga dapat memangkas biaya tersebut.
“Melalui distributor, kami dapat menjual massal sehingga bisa menekan ongkos. Kami harap porsinya bisa mencapai 50 persen pada tahun depan [dari 30 persen saat ini]. Perbedaan marginnya memang tidak terlalu besar tapi yang kami kejar adalah volume penjualannya bisa naik,” tuturnya.
Pada tahun ini, perseroan memprediksi penjualan kabel aluminium cenderung stagnan dari tahun lalu, sedangkan penjualan kabel tembaga diprediksi dapat meningkat sekitar 20 persen. Penjualan yang juga cukup signifikan adalah kabel fiber untuk industri telekomunikasi.
Untuk saat ini distributor resmi PT Jembo Cable Company sendiri ada dua, yakni PT Sinarmonas Industries dan PT Monas Permata Persada sebagai pemilik saham terbesar sebanyak 52,57 persen, disusul PT Indolife Pensiontama 17,58 persen, Fujikura Ltd Japan 13,51 persen, publik 9,85 persen, kemudian Fujikura Asia Ltd Singapore 6,49 persen. (Gilang Pradana)